Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bertengkar di Media Sosial, Etiskah?

 

Seringkali kita melihat dan membaca banyak artis atau public figure saling sindir di media sosial. Rasanya keberadaan media sosial memang seolah menjadi sarana untuk saling menyindir. Eh tapi saya tidak ingin seperti itu deh. 

Tidak usah artis atau public figure deh, rakyat jelata saja banyak kok yang saling sindir di media sosial. Duh, apa ga malu sih jika sudah saling sindir di media sosial. Apalagi yang jadi teman kita di media sosial bukan hanya segelintir orang. Bisa jadi ada saudara, bahkan pimpinan kita yang jadi teman di media sosial.

Dahulu pada tahun 2009 ketika awal bermain media sosial Facebook, bisa dibilang saya termasuk alay di jamannya, hahaha. Banyak sekali status curhat yang berlebihan ketika usia belum 30 tahun. Namun seiring berjalannya waktu, saya merasa malu pada diri sendiri. Akhirnya saya pun berinisiatif untuk menghapus segala status alay yang tidak penting. Lagipula apa yang kita tulis bisa menjadi pertanggungjawaban di akhirat kelak, bukan! 

Sekarang pun saya luruskan niat dalam menggunakan media sosial dimana saya niatan untuk ajang silaturahmi dan juga mencari penghasilan tambahan. Alhamdulillah saya bisa sadar juga dan sudah tidak mengumbar status berlebihan di media sosial , hahaha. 

Yang menyedihkan adalah ketika kita menyaksikan media sosial dijadikan ajang ghibah bahkan saking menyakiti hati orang lain. Misalnya saja si A curhat di media sosial tanpa menyebut nama bahwa si B telah meminjam uang tapi gak ingat waktu mengembalikan. Akhirnya si B membalas sindiran si A dengan mengatakan bahwa dia memiliki teman yang tak pengertian dalam hal menolong orang.

Tentu saja contoh yang saya sebutkan di atas jangan sampai ditiru oleh kita ya guys karena selain menyebabkan penyakit hati, namun juga menyebabkan hubungan kekerabatan menjadi putus. Sebagian orang yang menjadi teman di media sosial orang yang suka bertengkar melalui status pun terbagi 2, yaitu:
  • Orang yang risih dan merasa prihatin
Mungkin saya yang termasuk risih apabila ada teman yang mengumbar status pertengkaran mereka di dunia sosial. Walau itu bukan saya, namun rasanya tak pantas menulis status yang memancing kemarahan orang lain. Memang di satu sisi ada hati yang tersakiti, misalnya saja Anda meminjamkan uang kepada teman dan bertahun-tahun uang Anda tidak dikembalikan juga. Sementara teman Anda sibuk postingan foto liburan ke luar negeri. Anda sebagai kreditur pasti merasa sakit hati, karena uang Anda tidak kembali, justru teman yang berutang sibuk foto selfie sedang di luar negeri. 
  • Orang yang senang
Di dunia ini tidak semua orang suka pada Anda. Ada yang justru senang melihat Anda menderita dan terkena masalah. Maka dari itu ketika sedang mempunyai masalah pribadi dengan teman atau kerabat, selamat usahakan jangan mengumbar masalahmu di media sosial. Walau 

Jangan-jangan, ada beberapa teman yang justru senang membaca status Anda yang sedang berkonflik itu. Jadikan pembelajaran beberapa kasus selebriti yang suka banget membuat status di media sosial dan berujung pada pelaporan kedua belah pihak ke pihak berwajib. 

Menurut saya pribadi, selamat bertengkar di media sosial sangatlah tidak etis. Hal ini dikarenakan:
  1. Memicu pertengkaran dengan kerabat, bahkan dapat memutus silaturahmi dan hubungan baik diantara dua orang individu atau lebih. 
  2. Menimbulkan prasangka buruk dari orang-orang yang membaca status Anda. Orang akan tahu bagaimana watak serta sifat asli Anda apabila sedang emosi. Jika di media sosial Anda berteman dengan pimpinan di kantor maka tentu saja akan memperburuk reputasi diri sendiri.
  3.  Tidak adanya privasi dalam hidup dikarenakan Anda terlalu sering membuat status tidak penting, selamat bahkan cenderung memicu hate speech. 
Dari sini, saya ingin mengajak kalian semua untuk lebih bijak menggunakan media sosial dalam aktivitas sehari-hari. Jangan terlalu banyak mengumbar kehidupan pribadi di media sosial karena akan terbaca oleh masyarakat luas. 

Posting Komentar untuk "Bertengkar di Media Sosial, Etiskah?"