GenRengers Educamp Dari Kabupaten Kubu Raya: Bentuk Kepedulian Nordianto Terhadap Bahaya Pernikahan Anak
Sumber Gambar: www.kemenpora.go.id |
Tentunya sebagai bagian dari anak bangsa, kita ingin memberikan kontribusi terbaik bagi negeri ini. Hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari sumber daya manusia yang berlimpah, sehingga ide dan pemikiran dari anak bangsa sangat dibutuhkan demi kemajuan negara ini.
Salah seorang generasi muda Indonesia yang peduli akan masalah kesehatan adalah Nordianto dari Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Tak pernah terbayang dalam benak Nordianto dapat memberikan kontribusi bagi wilayah tempat tinggalnya, khususnya di bidang kesehatan. Nordianto memiliki keyakinan bahwa siapapun bisa mengambil peran untuk menjadi pahlawan di lingkungannya.
Berawal dari rasa prihatin akibat isu kesehatan reproduksi yang disebabkan tingginya pernikahan anak di Kabupaten Kubu Raya sehingga mendorong Nordianto untuk membentuk GenRengers Educamp pada tahun 2016 lalu. GenRengers ini didirikan sebagai bentuk pendidikan alternatif bagi para remaja agar nantinya lahir para relawan yang peduli pada isu kesehatan.
Sebelum saya menceritakan mengenai sosok inspiratif Nordianto sebagai penggagas GenRengers, maka izinkan terlebih dahulu untuk mengurai latar belakang berdirinya gerakan sosial tersebut.
Asal Mula GenRengers di Kabupaten Kubu Raya: Keresahan Pemuda SMP Terhadap Teman yang Menikah di Usia Muda
Tahun 2022 Indonesia masuk dalam peringkat ke-8 salah satu negara dengan tingkat pernikahan anak tertinggi di dunia. Komnas Perempuan juga mencatat di tahun 2021 terdapat sebanyak 59.709 kasus pernikahan dini.
Hal ini tentu saja memprihatinkan dikarenakan anak merupakan generasi muda yang masih memiliki masa depan untuk mendapatkan kesempatan meraih pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Selain itu pula pernikahan dini juga membawa risiko kesehatan bagi remaja atau bahkan anak di bawah umur. Ketidaksiapan perempuan untuk mengandung ketika berusia remaja tentu akan berpengaruh terhadap kesehatan reproduksinya.
Beberapa hal yang melatarbelakangi pernikahan usia muda antara lain:
- Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki anak maupun orangtua.
- Faktor ekonomi dalam sebuah keluarga sehingga menyebabkan anak perempuan seolah diharuskan menikah di usia yang masih sangat belia.
- Stereotip pada anak perempuan, misalnya saja anak perempuan tidak perlu sekolah terlalu tinggi karena pada akhirnya akan menikah juga.
- Interpretasi atau pemahaman agama yang dipahami sepenggal saja, sehingga mengharuskan anak perempuan untuk menikah cepat tanpa memikirkan risiko bagi kesehatannya.
Pemerintah sendiri kemudian merevisi Undang-undang tentang perkawinan dimana pada UU No. 16 Tahun 2019, batas usia minimal bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat melangsungkan pernikahan adalah 19 tahun.
Tingginya angka pernikahan anak di Kabupaten Kubu Raya, tentu saja menggerakkan hati Nordianto, sebagai bagian dari pemuda yang berdomisili di provinsi Kalimantan Barat.
Awal mula Anto begitu nama sapaan Nordianto, ini tertarik ingin memberikan edukasi yang berhubungan dengan fenomena pernikahan usia dini dikarenakan pengalaman pribadi, yaitu ibu kandungnya sendiri juga menikah di usia yang terbilang muda. Bahkan risiko pernikahan usia muda sampai ditanggung ibunya, dengan sering mengalami keguguran sehingga menyebabkan kesehatan reproduksi ibundanya terganggu.
Sebagai seorang anak, Anto merasa terpanggil untuk menyuarakan keinginan dan tekad bagaimana bisa memberikan edukasi kepada warga sekitar tentang bahayanya bagi kesehatan apabila menikah di usia muda.
Sampai akhirnya di tahun 2016 GenRengers Educamp dibentuk untuk memberikan edukasi bagi para remaja di Kubu Raya, Kalimantan Barat. Beberapa program yang telah dijalankan oleh GenRengers Educamp antara lain:
- Memberi edukasi mengenai kesehatan reproduksi.
- Memberi penyuluhan mengenai bahaya dari seks bebas.
- Memberi edukasi akan pentingnya kemandirian ekonomi ketika membangun bahtera rumah tangga.
- Mengajarkan para pemuda menjadi enterpreneur muda dengan meningkatkan skill serta kemampuan.
- Melahirkan para kader yang akan melanjutkan regenerasi sehingga mampu meneruskan informasi mengenai dampak negatif dari pernikahan anak ke masyarakat sekitar.
Tentunya Nordianto tidak bermaksud melarang sepasang anak manusia untuk menikah, namun seperti yang diharapkan agar pasangan suami istri yang ingin menikah bisa mengatur usia pernikahan demi tercipta kematangan secara ekonomi dan juga terjaganya kesehatan reproduksi bagi perempuan.
Tidak ada kerja keras tanpa bantuan dari seluruh pihak yang memang ikut terlibat di dalamnya. Begitu juga dengan GenRengers Educamp telah diisi oleh 20 relawan yang kemudian meningkat pesat menjadi 800-an relawan dimana mereka rela mengabdikan diri untuk memberikan edukasi kepada generasi muda di bidang kesehatan. Bahkan GenRengers Educamp juga telah diselenggarakan di 14 kabupaten/kota di Kalimantan Barat.
Hal ini tentunya sangat menggembirakan dikarenakan masyarakat di Kalimantan Barat turut serta membantu pemerintah mensosialisasikan bahaya atau dampak negatif dari pernikahan usia muda, serta mengajak generasi muda untuk mengupgrade skill sehingga menjadi pemuda pemudi yang berdaya guna dan produktif.
Mengenal Lebih Dekat Nordianto Sanan
Siapa yang menyangka bahwa pemuda yang belum genap berusia 30 tahun bernama Nordianto Sanan ini telah memiliki cita-cita mulia dalam upaya mencegah generasi muda dari pernikahan usia dini.
Pria kelahiran 10 November 1994 ini ketika duduk di bangku SMP merasa resah dikarenakan setiap semester, beberapa teman seolah "menghilang" tanpa kabar berita. Setelah ditelusuri, ternyata beberapa teman SMP Nordianto itu telah dinikahkan oleh pilihan kedua orangtuanya.
Keresahan hati Anto akan nasib teman-temannya pasca menikah, juga pengalaman ibunya yang sering sakit-sakitan setelah melahirkan di usia muda membuat dirinya terpanggil dan tergerak untuk mempelajari kesehatan reproduksi. Nordianto rela berkeliling dari satu kampung ke kampung lainnya untuk memberikan edukasi dan motivasi kepada anak-anak akan pentingnya kesehatan reproduksi serta pentingnya pendidikan bagi remaja.
Inovasi dari Nordianto Sanan inilah yang mengantarkannya untuk menerima apresiasi SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards pada tahun 2018 di bidang kesehatan yang mewakili Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. SATU Indonesia Awards sendiri merupakan program yang rutin diselenggarakan oleh PT. Astra International Tbk untuk memberi kesempatan bagi anak bangsa yang telah berkontribusi pada lima bidang berikut:
- Kesehatan
- Lingkungan
- Pendidikan
- Teknologi, dan
- Kewirausahaan.
Nordianto di tahun 2019 lalu sedang menjalani kegiatan sebagai volunteer atau sukarelawan untuk program European Union, dimana dia bertindak sebagai pengajar Cross Cultural Understanding di negara Polandia.
Penutup
Kita tidak akan pernah tahu sampai sejauh mana usaha yang dilakukan tanpa merealisasikannya terlebih dahulu. Begitu juga dengan Nordianto dimana dulu keinginannya untuk memberikan edukasi mengenai dampak negatif pernikahan anak sempat tak disetujui oleh kedua orangtuanya. Namun berkat kegigihan Anto, terciptalah GenRengers Educampu dimana melahirkan banyak relawan di Kabupaten Kubu Raya yang bergerak memberikan sosialisasi mengenai bahayanya pernikahan anak bagi kesehatan reproduksi.
Jadi tunggu apa lagi, berikan kontribusi untuk bangsa Indonesia walau sekecil apapun dan semua mulai dari diri sendiri terlebih dahulu.
Referensi:
https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/menekan-pernikahan-dini-melahirkan-relawan/
https://www.kemenpora.go.id/detail/68/nordianto-hartoyo-penggagas-genrengers-educamp-untuk-peduli-bahaya-pernikahan-muda
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5979138/indonesia-posisi-ke-7-kasus-pernikahan-anak-di-dunia-pendidikan-masih-ngaruh
https://jayakartanews.com/selamatkan-indonesia-genrengers-educamp-nordianto-stop-perkawinan-usia-anak/
Agak ngeri juga ya usia SMP udah nikah. Karnakan kalo dipikir panjang bukan hanya menjalankan syariat, tapi nikah itu proses kehidupan yang panjang dan berat. Semoga dengan adanya sosialisasi dan program lain, makin banyak masyarakat yang sadar untuk tidak melakukan pernikahan dini ya mba
BalasHapusApresiasi buat nordianto, dimana sebagian orang menganggap ini lumrah tapi gak buat nordianto.
BalasHapusAku tinggal didesa suami dimana hal ini masih sering ditemukan, beberapa tahun yang lalu tetangga menikah dan usia istrinya masih 15 tahun.
Di beberapa daerah di Indonesia masih banyak yaa pernikahan usia dini. Waktu itu pernah ikut seminar parenting dengan KPPPA di Jawa Timur. Info di sana pun memang masih banyak yang menikah muda, pendidikan bagi perempuan masih tergolong rendah.
BalasHapusSuka sedih kalau melihat pernikahan muda karena sebagian besar pernikahan muda tuh belum memiliki landasan mental dan materi yang layak. Belum lagi fisik apalagi perempuan untuk mengandung jadi rentan. Semoga semakin ke sini semakin sedikit pernikahan anak di bawah umur khususnya di daerah-daerah terpencil.
BalasHapuswah keren sekali kegiatan yang digagas oleh nordianto. memang perlu sekali sekarang edukasi tentang bahaya menikah di usia terlalu dini ya baik itu secara fisik maupun psikologis
BalasHapussalut sama educamp seperti ini, semoga semakin banyak anak yang melek dengan persiapaan pernikahan ya. artinya selain bahayanya juga juga disiapkan persiapan pernikahan.
BalasHapusGenRengers Educampu dengan relawan di Kabupaten Kubu Raya benar benar sangaaat memberikan insight sekaligus mengubah pola pikir masyarakat tentang bahayanya pernikahan anak
BalasHapusaku juga nggak setuyju dengan pernikahan anak, sayangnya di kampung masih banyak terjadi loh, semoga makin teredukasi deh rakyat Indonesia sama dampak negatifnya - rini
BalasHapusImpian agar mengurangi angka pernikahan anak sangat positif, jarang sekarang ada yg berfikir seperti itu. Dari kegigihan dan usahanya, keren banget bisa adanya gengRangers educampu, semoga bisa sukses terus dan makin berkembang, banyak rawan yang ikut serta
BalasHapusMantap nih pak Nordianto yang peduli dengan biaya pernikahan
BalasHapusBiasanya kan ya ada sisi lain yang bisa diangkat tapi baru kali ini ada yang mengangkat isu berbeda
Keren kan ya beliau...
Bagus banget edukasi yang diberikan Mas Nordianto Sanan ini.
BalasHapusDemi kesehatan, memang kudu diperhatikan banget kondisi fisik dan mental seseorang ketika akan menikah.
Semoga GenRengers Educamp semakin menjangkau daerah-daerah di luar Kalimantan Barat.
Menikah di usia dini gini disini masih banyak banget kak, abis smp gitu kadang-kadang Karena nggak sekolah lagi jadi Nikah adalah pilihannya agar ortu Bebas dari tanggung jawab membesarkannya
BalasHapusMasyaAllah ada aja ya gebrakan yang dilakukan sosok inspiratif begini, salut banget dan semoga makin banyak yang begini sosok-sosok muda lain yang bertumbuh
BalasHapus