Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ratna Indah Kurnawati, Perawat di Puskesmas yang Berusaha Hapus Stigma Kusta

 
Credit Photo: Situs viva

Siapa sih manusia yang ingin terkena penyakit dalam hidupnya? Tentu saja tidak ada satupun manusia yang berharap terkena penyakit, bahkan kalau bisa sehat seumur hidup. Namun kita tidak tahu kapan Tuhan akan memberikan ujian berupa penyakit. Apalagi penyakit itu cenderung penyakit yang mendapat stigma negatif di masyarakat, meskipun sebenarnya tidak. Hanya edukasi masyarakat saja yang kurang dan harus diluruskan mengenai pemahaman yang keliru tersebut.

Adalah pernyakit kusta yang sudah ditemukan di muka bumi ini sejak tahun 1873. Penyakit Morbus Hansen atau yang biasa disebut dengan kusta merupakan penyakit yang menyerang kulit manusia.. Disebabkan oleh Mycobacterium Leprae, menjadikan kusta sebagai penyakit menular apabila tidak segera ditangani dengan baik.

Beberapa gejala yang timbul apabila seseorang terindikasi mengidap penyakit kusta antara lain:
  • Gangguan sistem saraf pada beberapa bagian tubuh yang dapat menyebabkan kelumpuhan
  • Munculnya putih serta kemerahan pada kulit tubuh.
  • Pembengkakan pada kulit
  • Mati rasa pada kulit setelah muncul kemerahan
Sayangnya penyakit kusta dianggap sebagai kutukan dari Tuhan sehingga ada sebagian orang yang tidak teredukasi dengan baik, justru menjauhi pasien pengidap kusta itu sendiri. Sebagian orang beranggapan kusta tidak dapat disembuhkan karena penyakit itu merupakan hukuman Tuhan untuk manusia yang menderitanya sebagai balasan atas perbuatan dosa semasa hidupnya.

Bagaimana jika Anda seorang pasien kusta yang mendapat stigma negatif tersebut? Tentunya merasa dunia akan runtuh seketika dan hilang rasa percaya diri. Yang lebih parah lagi apabila tidak ada keinginan dari pasien kusta untuk sembuh, padahal kemungkinan sembuh pasti ada selama konsumsi obat-obatan dari dokter secara rutin.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan data yang didapat dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, per 24 Januari 2022 ternyata Indonesia merupakan negara peringkat ketiga dengan kasus kusta tertinggi setelah India dan Brazil. Tentu saja kenyataan ini tidak boleh kita anggap remeh dan harus ada langkah nyata, baik itu dari pemerintah maupun masyarakat sekitar dalam membantu pasien penderita kusta untuk sembuh dari sakitnya.

Perawat di Pasuruan yang Berusaha Menghapus Stigma Kusta

Tidak semua orang tidak peduli dengan keberadaan pasien penderita kusta. Salah satunya Ratna Indah Kurniawati, dimana Ratna merupakan salah satu perawat yang bertugas di Puskesmas Kecamatan Grati, Pasuruan, Jawa Timur.

Sejalan dengan profesinya sebagai tenaga kesehatan, Ratna pun berusaha untuk memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar tempat tinggalnya berada bahwa penyakit kusta bisa sembuh asalkan diobati dengan rutin. Maklum saja, Ratna hidup bermasyarakat di tengah-tengah pasien penderita kusta, sehingga tantangannya pun cukup besar. Dia harus berada di tengah-tengah, sebagai perawat yang membantu pengobatan pasien penderita kusta dan juga sebagai warga yang berusaha mengedukasi dan menghapus stigma kusta dari penduduk sekitar.

Menurut data yang didapatkan dari https://kominfo.jatimprov.go.id/ bahwa pada tahun 2010, sepertiga penderita kusta di Indonesia berada di provinsi Jawa Timur. Sementara daerah endemi kusta tersebar di beberapa kota di Jawa Timur, antara lain:
  • Pasuruan
  • Sitobondo 
  • Gresik, dan
  • Probolinggo
Dengan masuknya kota Pasuruan sebagai salah satu daerah endemi kusta, tentu saja membuat Ratna Indah Kurniawati terpanggil secara moral dalam menghapus stigma kusta ini secara bertahap.

Berbagai proses pendekatan dilakukan oleh Ratna, tidak hanya kepada keluarga penderita kusta itu sendiri. Akan tetapi Ratna berusaha untuk melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat di Kecamatan Grati, Pasuruan, para stakeholder atau pemangku kepentingan yang ad adi kota tersebut dan tak lupa para aparat desa yang bisa membantu agar edukasi mengenai besarnya kemungkinan sembuh pada pasien kusta untuk lebih digalakkan lagi.

Seperti yang diutarakan oleh Ratna, bahwa penyakit kusta bisa disembuhkan apabila pasien melakukan terapi MDT atau yang dalam dunia kedokteran disebut dengan regimenMulti Drug Therapy, dimana pasien rutin mengonsumsi obat selama kurang lebih 1 tahun dalam proses penyembuhan.

Selain konsumsi obat secara rutin, pasien kusta juga harus terjaga kondisi mentalnya demi percepatan kesembuhan mereka sendiri. Oleh karena itu, dukungan serta support system dari keluarga itu sangat penting untuk menunjang kesembuhan pasien kusta itu sendiri.

Buatlah pasien penderita kusta tetap percaya diri, agar ketika mereka sembuh nanti mereka dapat terjun ke masyarakat, berbaur dan tentu saja mendapat pekerjaan yang layak. Sebab selama ini fenomena yang terjadi adalah, pasien kusta yang telah sembuh justru sulit mendapat pekerjaan karena keberadaannya dikucilkan oleh masyarakat sekitar. 

Ratna Indah Kurniawati tidak mau pasien kusta yang telah ditanganinya sulit mendapat pekerjaan setelah sembuh, hingga akhirnya dia mempunyai ide untuk memberdayakan seluruh pasiennya itu.

Cara yang ditempuh Ratna dalam memberdayakan pasien kusta agar mandiri secara ekonomi adalah membuat pelatihan untuk bisa membuka usaha sendiri. Beberapa contoh pelatihan yang digagas oleh Ratna antara lain:
  1. Beternak ayam untuk pasien laki-laki
  2. Beternak Jangkrik untuk pasien laki-laki
  3. Pelatihan menjahit dan menyulam hijab untuk pasien perempuan
  4. Pelatihan membuat handicraft seperti bross untuk pasien perempuan
Diharapkan nantinya jika para pasien kusta yang sudah sembuh tidak dapat bekerja di perusahaan, maka mereka bisa membuka usaha sendiri sehingga tetap produktif.

Ratna Indah Kurniawati dan Penghargaan SATU Indonesia Awards

Atas dedikasinya terhadap proses kesembuhan pasien kusta di Kecamatan Grati, Pasuruan, maka Ratna Indah Kurniawati menerima penghargaan SATU Indonesia Awards pada tahun 2011 di bidang Kesehatan dengan kegiatannya Melawan Dusta Kusta. 

Adapun SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards sendiri merupakan program penghargaan sekaligus apresiasi yang rutin diselenggarakan oleh PT. Astra International, Tbk setiap tahunnya. Penghargaan ini diberikan kepada para anak muda Indonesia yang telah memberikan kontribusinya kepada masyarakat sekitar. Penghargaan SATU Indonesia Awards tersebut meliputi kategori Kesehatan, Pendidikan, Teknologi, Lingkungan dan Kewirausahaan. 

Apa yang telah dilakukan oleh Ratna Indah Kurniawati diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia dimanapun berada, bahwa melakukan kebaikan bisa dimulai di lingkungan sekitar terlebih dahulu.

Jangan harapkan pamrih atas kebaikan yang telah engkau lakukan, namun jadikan kebaikan itu sebagai motivasi untuk terus melakukan kebaikan lainnya.



Referensi:

https://news.unair.ac.id/2021/10/08/stigma-sosial-terhadap-penyakit-kusta/?lang=id

https://kominfo.jatimprov.go.id/read/laporan-utama/860

5 komentar untuk "Ratna Indah Kurnawati, Perawat di Puskesmas yang Berusaha Hapus Stigma Kusta"

  1. Semangat selalu mba.. stigma kusta itu rasanya negatif ya..setelah ku baca2pun tuk belajar mengurangi stigma itu agak sulit. Tapi dengan terus menerus melakukan awareness smoga ada oerubahan. 🤗

    BalasHapus
  2. Luar biasa ya mbak Ratna ini. Semoga orang² yang punya dedikasi tinggi terhadap persoalan sosial panjang umur yaaaa

    BalasHapus
  3. MasyaAllah tulus sekali yang telah diperbuat oleh beliau ini. Memotivasi kita untuk terus berupaya berbuat banyak untuk lingkungan masyarakat

    BalasHapus
  4. Wah perawat yang berpikiran maju ini. Dia ga hanya omdo tapi take action. Keren banget menurutku. Bisa memberdayakan penderita kusta

    BalasHapus
  5. dedikasinya sangat memberi inspirasi bagi yang lain

    BalasHapus