Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Baper dan Kesehatan Mental

 
BAPER
Source Picture: Pexels

Artikel ini terinspirasi dari Kamar Kenangan miliki salah satu blogger yaitu Mbak Siska Dwyta.

Ada suatu kisah dari seseorang yang bernama Yummy:

"Yummy, kamu itu terlalu baper. Kerja itu jangan baperan", begitulah ucap pimpinan ketika Yummy ke rumahnya untuk minta tanda tangan pengajuan dana. Dengan cara spontan maupun berupa sindiran, ada beberapa kali pimpinan mengatakan hal tersebut kepada Yummy langsung. It's okay, Yummy tidak baper walau dibilang baperan. Kok baperan bisa bertahan kerja selama 11 tahun di perusahaan beliau, wkwkwk. Ah sudahlah.

Yummy bekerja di salah satu perusahaan swasta yang terbilang mikro. Hubungan antar sesama karyawan dan pimpinan bisa dibilang sudah seperti keluarga. Bisa dibilang aroma nepotisme erat di kantor Yummy. Terbukti ada dua orang yang masih keluarga dekat dengan pimpinan bekerja di kantor. Satu karyawan sudah bekerja semenjak perusahaan berdiri, sejak tahun 2008. Babat alas kalau kata orang Jawa. Sementara satu orang karyawan lainnya baru bekerja selama 6 tahunan. 

Di kantor, ada beberapa karyawan yang memanfaatkan situasi kantor yang tanpa pengawasan pimpinan. Dan itu termasuk kedua kerabat beliau sendiri. Bermain games, datang terlambat sudah menjadi kebiasaan kedua kerabat pemilik perusahaan. Terkadang Yummy pun ingin melakukan duplikasi atas perbuatan mereka, namun hati kecil Yummy melarang.

Suatu ketika Yummy menemukan beberapa pelanggaran di kantor lalu melaporkan ke pimpinan. Yummy bingung kenapa dari laporan itu tiba-tiba dibilang baperan ya? Padahal niat Yummy kan baik, ingin memperbaiki kondisi kantor yang sudah mulai "goyang" karena ulah oknum tak bertanggung jawab.

Dari kisah Yummy di atas, akhirnya saya pun mencari tahu lebih dalam apa makna dari baper yang sebenarnya. Walaupun saya pribadi sudah tahu kepanjangan dan arti dari Baper namun pada kesempatan kali ini saya ingin mengulik lebih dalam.

Seperti Park Chang Ho yang menolak disebut Big Mouse di drama Korea Big Mouth, lalu akhirnya menyerah dengan keadaan hingga dia menyatakan bahwa dirinya adalah Big Mouth, maka Yummy pun demikian. Daripada menyangkal tak berkesudahan, akhirnya Sabtu tanggal 12 Agustus 2022 lalu ketika meeting besar di perusahaan, Yummy pun mengatakan kepada semua orang kalau dia baperan, wkwkwkw.

Ohya, btw jumlah karyawan di perusahaan tempat Yummy bekerja total hanya 9 orang termasuk Yummy. Jumlah yang sedikit bukan! Kalau yang Yummy tangkap, pimpinan menganggap Yummy baperan karena semua kejadian di kantor terlalu diambil hati. Lah, kalau itu pelanggaran yang menyebabkan kerugian kantor bagaimana! 

Baiklah, tak perlu bertele-tele, akan saya kulik mengenai BAPER dan hubungannya dengan kesehatan mental yang sedang ramai digaungkan saat ini.

Arti Baper yang Sesungguhnya

Baper sendiri merupakan kepanjangan dari Bawa Perasaan, dimana suatu kondisi yang dialami oleh seseorang ketika memaknai suatu peristiwa. Orang yang baperan cenderung mengambil hati semua peristiwa yang dialaminya. Kalau jaman dulu sebelum muncul istilah baper, namanya sensitif. Tahu sendiri donk, sensitif merupakan respon yang dialami makhluk hidup apabila terkena sesuatu. Contoh, tumbuhan putri malu yang sensitif terhadap sentuhan. Putri malu jika terkena sentuhan maka akan mengatupkan tanamannya. Biasanya orang baperan itu selalu mengambil hati dan seolah-olah suatu peristiwa terjadi disebabkan oleh dirinya. Padahal tidak juga!

Dalam ilmu Psikiatri, Baper memiliki istilah Highly Sensitive Person. 

Ciri-ciri orang yang baperan antara lain:
  1. Selalu mengambil hati bahkan tersinggung atas perkataan orang lain terhadap dirinya.
  2. Terlalu emosional dalam menanggapi suatu peristiwa terutama yang berkaitan dengan dirinya sendiri
  3. Mudah terbebani oleh perkataan orang lain maupun peristiwa yang menimpanya
  4. Mudah terserang panik dan rasa cemas berlebihan tanpa tahu sebabnya
Uniknya, seseorang yang dijudge baperan itu justru memiliki kepekaan yang tinggi terhadap orang lain, sehingga hal ini membuat seseorang dengan predikat baper cenderung memiliki intuisi yang tajam.

Namun justru ada salah satu artikel yang saya baca justru Baper bukan termasuk dari gangguan kesehatan mental. Melegakan bukan! Jadi jangan kuatir bagi kalian yang sering dibilang baper oleh teman, keluarga bahkan bos di kantor. Itu perasaan normal kok.

Walaupun bepar itu normal dalam hidup, namun memang dalam hidup ini memang kita tidak seharusnya terlalu terbawa perasaan akan peristiwa yang bukan menjadi tanggung jawab kita. Dengan terlalu mengambil hati di setiap peristiwa dalam kehidupan ini, maka kurang baik bagi kesehatan mental seorang individu. Yang ada hidupnya hanya fokus memikirkan satu hal yang bisa jadi penghambat baginya untuk berkembang.


Penutup

Menyebut orang dengan sebutan baper sih sah-sah saja, namun jangan sampai menghancurkan mental seseorang. Bagi Yummy, tak masalah dirinya dibilang baper oleh pimpinan sendiri, karena justru Yummy akan meyakinkan seisi kantor yang cuma 8 orang kalau dirinya baperan, hahaha. 

Namun, jangan lakukan dengan orang yang belum atau bahkan tidak kalian kenal, karena justru mengatakan seseorang baperan akan menjatuhkan mentalnya yang berimbas pada menurunkan produktivitas serta kreativitas seorang individu.

Setiap manusia dilahirkan dengan karakter yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Kita tidak bisa menuntut orang lain harus sama dengan diri kita, itu namanya egois. Jangan-jangan kalian dengan mudah mengatakan orang lain baper hanya karena mereka tidak sepemikiran denganmu. Wah-wah, berbahaya sekali jika hal itu terjadi.

Iya kalau penghakiman Anda mengatakan orang lain baper hanya menurunkan semangat hidupnya sehingga menjadikan seseorang tidak produktif. Bagaimana jika seseorang yang Anda sebut baper melakukan tindakan self harm alias tindakan yang menyakiti diri sendiri?

Semoga artikel ini bermanfaat.


Referensi:

https://www.kompasiana.com/cadilou/5ffb9e098ede4835ec290012/komentar-gitu-aja-baper-dan-pengaruhnya-terhadap-kesehatan-mental

https://www.youngontop.com/arti-kata-baper/

https://bali.tribunnews.com/2018/03/15/15-ciri-ciri-orang-yang-sangat-sensitif-dan-mudah-baper-inikah-anda?page=2

https://www.kompasiana.com/puja08587/60ab78cdd541df01b80eb852/apakah-baperan-termasuk-gangguan-kesehatan-mental-ini-dia-highly-sensitive-person-yang-perlu-kamu-kenal#

Posting Komentar untuk "Baper dan Kesehatan Mental"