Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tips Menghilangkan Amarah

 
Menghilangkan amarah
Source picture: Pixabay

Semua orang pasti pernah marah. Bahkan seorang bayi mungkin pernah marah hanya saya bayi belum mampu berkata-kata untuk meluapkan amarahnya. Jika marah, bisa jadi bayi hanya mampu menangis dan berteriak. Sedangkan manusia memiliki kemampuan berkomunikasi dalam meluapkan amarahnya.

Wajar dan manusiawi apabila manusia memiliki amarah dalam dirinya. Manusia punya akal dan nafsu sehingga dia bisa saja marah, emosi yang tak terbendung apabila melihat sesuatu yang tidak disukainya atau mengecewakan hati. 

Marah dalam diri seseorang pun ada tingkatannya, ada yang bisa mentoleransi hal yang tidak disukainya, namun ada juga yang tidak bisa mentoleransi sehingga meluaplah amarah seseorang tersebut. 

Menurut situs https://rsuppersahabatan.co.id/, marah merupakan emosi yang ditandai oleh pertentangan terhadap seseorang atau perasaan setelah diperlakukan tidak benar maupun tidak adil. Jadi manusia bisa marah pada manusia lainnya, atau marah pada keadaan yang menimpanya tanpa bisa menunjuk pada orang tertentu.

Misalnya saja seseorang yang marah pada kondisinya menjadi sandwich generation dimana dia merasa lelah harus membanting tulang mencari nafkah untuk keluarganya. Dia ingin marah namun tidak tahu harus marah kepada siapa. Bisa jadi keadaanlah yang membuatnya emosi tak tertahankan.

Marah atau emosi yang menggebu sebenarnya pun tidak masalah, yang menjadi masalah adalah sikap seseorang ketika menyalurkan amarah itu. Tak elok rasanya jika harus berteriak, membanting peralatan pecah belah, atau melakukan kekerasan fisik pada orang yang menjadi tumpuan amarahnya.

Sebisa mungkin kita harus dapat mengatur dan mengontrol amarah agar tidak menjadi hal yang menakutkan dan juga membahayakan bagi orang lain.

Sedang Emosi? Ini Tipsnya Agar Dapat Mengontrol Amarah

Saya pribadi pun masih berusaha untuk belajar bagaimana mengontrol amarah. Walau usia sudah tidak muda lagi, tapi sebagai manusia biasa saya masih suka marah. Hanya saja, saat ini saya berusaha meminimalkan amarah agar tidak sesering ketika sebelum berusia 40 tahun.

Bagi saya, marah itu seperti membuang-buang energi dalam tubuh. Efek sampingnya saya mudah terserang penyakit dan bisa cepat tua dari usia yang sesungguhnya. Ingin sekali sih saya menjadi seperti Dian Sastro dimana sudah berusia 40 tapi wajah masih imut-imut, hahaha.

Begini nih tips untuk mengontrol amarah agar tidak terlampiaskan secara berlebihan:

1. Jangan Teburu-Buru Menilai Suatu Peristiwa

Misalnya saja Anda marah karena mendapat berita yang mengecewakan dan membuat emosi tak terbendung. Maka saran saya adalah jangan terburu-buru mengambil keputusan untuk marah. Cari informasi terlebih dahulu mengapa terjadi peristiwa yang mengecewakan dan memicu konflik dan juga amarah.

Bisa saja informasi yang Anda terima hanya sepihak dan tidak valid kebenarannya. Jika sudah telanjur marah ternyata tidak benar, pastinya Anda akan malu donk. Oleh sebab itu, coba ketika hendak marah maka cari tahu dulu kebenaran suatu informasi.

2. Ambil Nafas Ketika Hendak Marah

Ambil nafas panjang merupakan salah satu cara efektif untuk meredam amarah. Walau tidak menyelesaikan sepenuhnya namun setidaknya dengan menarik nafas panjang maka kita memberikan jeda bagi hati dan pikiran untuk bertindak lebih jauh lagi mengedepankan emosi.

Tidak semuanya harus diselesaikan dengan amarah. Adakalanya kita harus berkepala dingin ketika hendak menyelesaikan masalah atau konflik. 

3. Jauhi Sumber Amarah

Misalnya saja saya sedang marah dengan suami, maka cara edektif mengontrol rasa marah itu adalah menjauhi sumber amarah yaitu suami. Bisa saja suami tidak bersalah, namun cara kita saja memandangan persoalan terlalu sempit sebagai seorang istri, sehingga mudah tersulut emosi.

Di kantor saya pribadi, sebenarnya banyak hal yang dapat memicu amarah. Namun saya lebih memilih diam dan tak menggubris sumber amarah tersebut. Jadi beberapa tahun lalu, saya akan ikut campur terhadap segala hal di kantor yang berkaitan dengan sumber masalah. Namun sekarang saya lebih memilih tidak mau tahu akan sumber masalah dan menjauhinya.

4. Diam dan Menyendiri Agar Tak Semakin Marah

Bukan berarti kita tidak punya sikap untuk membela diri dengan marah, namun saya rasa diam dan menyendiri ketika marah itu lebih baik bagi kesehatan mental kita. Dulu ketika muda, saya adalah seorang pemarah yang dengan mudahnya meluapkan amarah. Seiring berjalannya waktu, saya berusaha untuk cuek dengan keadaan sekitar dan berusaha untuk tidak terpancing emosi manakala ada pihak yang berusaha melakukannya.

Percuma jika saya teruskan untuk ikut emosi, yang ada kesehatan makin menurun dan kondisi kejiwaan makin hancur karena kondisi kantor yang tidak sehat.



Posting Komentar untuk "Tips Menghilangkan Amarah"