Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Fenomena Mbak Mbak SCBD: Gambaran Wanita Mandiri di Era Modern

 

Pernah denger istilah Mbak-mbak SCBD yang lagi booming di TikTok? Jika pernah maka Anda selangkah lebih maju dari saya. Kenapa bisa dikatakan selangkah lebih maju, karena saya ketinggalan informasi mengenai mbak-mbak SCBD ini. Saya hanya suka lagi pengiring dari video yang dibagikan di TikTok. Selain lagunya penuh semangat, liriknya juga bagus lho.

Nah, singkat kata karena saya penasaran dengan lagu TikTok pengiring mbak-mbak SCBD yang pamer lanyard dari Coach, sepatu merk Tory Burch serta barang branded lainnya yang menempel di tubuh, maka akhirnya saya pun browsing dan mencoba membahas di artikel berikut. Namun, ini adalah pendapat pribadi saya yang bisa salah dan mungkin berbeda dengan Anda pembaca blog ini.

Jadi, singkat kata SCBD merupakan kepanjangan dari Sudirman Central Business District yang merupakan kawasan perkantoran cukup elite di kota Jakarta. Seperti yang kita ketahui Ibukota seringkali menawarkan impian bagi orang-orang yang sedang mencari pekerjaan. Ada sebagian orang beranggapan, kerja di Jakarta memiliki prestise tersendiri. Namun mungkin bagi yang merasakan langsung, tentu tidak demikian.Ada harga yang harus dibayar mahal misalnya jarak jauh yang harus ditempuh dari rumah ke kantor, pimpinan yang cenderung galak serta otoriter, porsi kerja yang menumpuk dan lain sebagainya.

Baiklah, kita kembali ke kawasan SCBD yang dikenal kawasan elite bagi pekerja kantoran. Yang saya tahu dari beberapa konten TikTok yang berseliweran di beranda saya, mbak-mbak SCBD ini selalu mempertontonkan outfit yang mewah dan bermerek tentu saja. Bayangkan, Lanyard atau nametag dari merek Coach, dimana harganya paling mahal dibanderol 1 juta rupiah. Wow banget kan! Sementara saya kalau membelikan lanyard untuk suami saya kerja, maksimal paling mahal 15 ribu rupiah saja, wkwkwk. Bukan pelit namun sesuai fungsi dan kebutuhan.

Mengapa sih mbak-mbak SCBD selalu menampilkan outfit yang kece sekaligus bermerek, berikut analisa sederhana dari saya:
  • Harus tampil menarik di saat kerja, karena bidang usaha tempatnya bekerja mengharuskan seperti itu. Tidak salah juga, karena ada beberapa perusahaan yang mewajibkan karyawannya memiliki performa menarik dari atas sampai bawah, misalnya saja perusahaan bergerak di bidang advertising.
  • Pengaruh dari lingkungan kerja. Suka atau tidak, terkadang pengaruh terbesar dalam hidup kita itu datangnya dari lingkungan terdekat, salah satunya teman kerja. Misalkan saja mayoritas teman kerja banyak memakai barang branded, maka otomatis kita mau tidak mau akan berusaha sama dengan lingkungan kerja. Walau membeli satu item barang branded, namun tetap saja ada biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikuti gaya hidup lingkungan teman kerja. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut namun sesuaikan dengan kemampuan kalian yah. Jangan sampai hanya demi mengikuti trend teman kerja, pengeluaran bulanan jadi morat marit.
Dengan adanya fenomena mbak-mbak SCBD di konten TikTok baru-baru ini, menggambarkan bahwa semakin banyak perempuan Indonesia yang mampu bekerja dan independen dari pasangan maupun keluarga. Perempuan mandiri itu bisa meraih penghasilan bulanan yang tak sedikit sehingga bisa merdeka secara finansial tanpa menggantungkan hidup pada pasangan atau keluarga.

Sebagai pelajaran bagi diri saya secara pribadi terkait fenomena mbak-mbak SCBD, maka ada beberapa hal yang harus saya pertimbangkan ketika hendak menggunakan barang-barang branded, antara lain:

1. Ukur Kemampuan Diri

Membeli barang mahal sah-sah saja dan tidak melanggar undang-undang di suatu negara. Namun ukurlah kemampuan diri Anda terlebih dahulu sebelum membeli barang dengan harga fantastis. Kalau memang Anda sudah menabun bertahun-tahun untuk membeli barang mewah tersebut, maka silahkan saja. Kita anggap hal itu sebagai bentuk self love pada diri sendiri yang sudah bekerja keras dalam hidup. Namun tentu saja bentuk self love tidak melulu dalam bentuk materi ya, gaes. Anda bisa duduk santai menikmati teh hangat di teras rumah sambil membaca buku saja sudah merupakan bagian dari mencintai diri sendiri kok.

Berpikir dahulu sebelum membeli barang mewah, jangan terbawa nafsu apalagi hanya untuk terlihat wah di depan orang banyak. Kalau saya sendiri bersyukur tidak ada keinginan untuk membeli barang mewah. Hampir semua barang yang saya miliki lebih ke arah fungsi ketimbang gengsi.

2. Berani Memiliki Prinsip Hidup

Terkadang prinsip hidup yang kita miliki akan kalah manakala berhadapan dengan pengaruh lingkungan sekitar. Contoh saja teman yang selalu berpenampilan mewah dan tiada hari tanpa membahasa barang-barang branded. Bagi kita yang punya prinsip kuat dalam hidup, mungkin obrolan seperti itu tidak ada pengaruhnya. Lalu bagaimana dengan orang yang cenderung ikut-ikutan? Bisa jadi dia akan terpengaruh dan malu jika tidak sama dengan teman-temannya. Akhirnya dia membeli barang mewah dan harus mengorbankan sebagian tabungan yang sudah dikumpulkan bertahun-tahun dengan susah payah.

Berani memiliki prinsip hidup memang bagai dua mata pisau. Anda bisa dijauhi oleh lingkungan sekitar atau justru Anda akan mendapat applause dari orang yang salut dengan prinsip hidup Anda. Semuanya bergantung kepada Anda.

3. Hidup Tak Selalu Menyenangkan Orang Lain

Saya pernah berusaha menyenangkan orang lain, namun lama kelamaan saya lelah juga menjalani hidup seperti itu. Akhirnya saya pun berontak dan tidak berusaha menyenangkan orang lain. Awalnya mungkin ada beberapa pihak yang kaget dengan keputusan saya, namun masa bodoh merupakan tindakan terbaik yang dapat saya lakukan.

Memang ketika kita tidak ingin menyenangkan orang lain, awalnya akan ada kontra namun saya yakin hanya permulaan saja. Lama kelamaan ya orang lain akan memaklumi walau bisa jadi julid seumur hidup mereka, hahaha.


Posting Komentar untuk "Fenomena Mbak Mbak SCBD: Gambaran Wanita Mandiri di Era Modern"