Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tantangan Menjalani Long Distance Marriage

 

Setiap tantangan dalam hidup selalu ada seni dalam menaklukannya. Termasuk di dalamnya adalah menjalani long distance marriage yang juga memiliki tantangan tersendiri ketika sepasang suami istri menjalaninya.

Saya memiliki kakak laki-laki yang sudah 12 tahun menjalani pernikahan jarak jauh dengan istrinya, dan sekarang sudah memiliki 2 orang buah hati. Kakak laki-laki saya bekerja di lepas pantai yang tidak memungkinkan dirinya untuk bertemu dengan keluarga tercinta selama berminggu-minggu. 

Istrinya bersama anak-anak tinggal di suatu kota sambil melakukan aktivitas keseharian seperti bersekolah dan lain sebagainya. Bersyukurnya mereka merupakan pasangan suami istri yang dewasa dan saling pengertian sehingga selama 12 tahun menjalani long distance marriage pun tidak mengalami kendala.

Apa Saja Tantangan Menjalani Long Distance Marriage ? 

Menurut saya pribadi, mau pernikahan jarak jauh atau tiap hari bertemu pun bisa harmonis asal ada pengertian kedua belah pihak. Tidak menjamin pernikahan yang setiap hari suami istri bertemu akan bahagia sepenuhnya. 

Pasangan suami istri yang menjalani pernikahan jarak jauh memang lebih banyak mengalami tantangan, diantaranya:

1. Kendala Sinyal Dalam Berkomunikasi

Saya jadi ingat ketika kakak ipar menulis status di Whatsapp, kalau dia sangat kuatir dengan suami yang sedang bekerja di laut. Hal ini dikarenakan sempat hilang sinyal selama beberapa hari di lokasi. Ibu saya pun tentu ikut khawatir karena dalam setiap doanya, Ibu selalu berdoa akan keselamatan anak lelakinya.

Memang benar, kendala terbesar dalam pernikahan jarak jauh adalah masalah komunikasi. Terkadang kendala komunikasi bisa menyebabkan salah paham dan berujung pada pertengkaran. Jangankan yang menjalani pernikahan jarak jauh, suami istri tinggal satu rumah pun sering mengalami salah paham apabila keduanya tidak saling bisa memahami satu sama lain.

2. Beban di Salah Satu Pasangan

Diakui atau tidak, biasanya beban ada di salah satu pasangan yang ditinggal kerja pasangannya. Misalnya saja ketika suami bekerja di luar pulau, maka istri yang harus membersamai anak-anaknya dalam segala hal. Mulai dari pendidikan, kesehatan serta pemenuhan kebutuhan hidup menjadi tanggung jawab istri.

Suami ibaratnya hanya berkewajiban mencari nafkah untuk dikirimkan kepada istri dan anak-anaknya. Istri yang ditinggal bekerja suami di luar pulau atau daerah, harus bisa merangkap menjadi suami juga. Hal terberat adalah ketika anak sakit, maka istri harus siap siaga mempersiapkan kebutuhan anak di kala sakit.

Belum lagi ditambah apabila istri hanya benar-benar tinggal bersama anak, tidak ada keluarga lain yang bersamanya. Tentu saja beban istri menjadi berat dan berlipat ganda. Maka dari itu, saya salut dengan istri yang bertahun-tahun menjalani pernikahan jarak jauh dengan suami sampai sanggup membesarkan anak-anaknya.

3. Rasa Kesepian dan Perhatian

Biasanya kasus yang terjadi adalah istri selalu ditinggal suami bekerja di luar daerah. Walau ada juga istri yang meninggalkan suami untuk bekerja, namun hal itu bisa dihitung dengan jari. Nah, istri adalah perempuan dan perempuan cenderung menggunakan perasaan dalam bertindak. 

Istri pada umumnya suka mencurahkan perasaannya kepada suami walau hanya sekadar cerita ringan saja. Lalu bagaimana ketika menjalani pernikahan jarak jauh? Tentu saja istri akan merasa kesepian, terlebih ketika harus melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh suami.

Hal ini wajar adanya, karena istri bukanlah wonder woman. Bisa saja istri berkeluh kesar melalui percakapan di telepon dengan suami. Namun bertemu muka sambil curhat ke suami itu beda lho suasananya. Ada kehangatan yang dapat dirasakan ketika istri curhat sementara suami ada di sampingnya.


Posting Komentar untuk "Tantangan Menjalani Long Distance Marriage"